Saturday 5 September 2015

Agus Salim Diplomat Jenaka Penopang Republik

Judul : Agus Salim Diplomat Jenaka Penopang Republik
Tim Penyunting : Arif Zulkifli, Puwanto Setiadi, Kurniawan, Redaksi KPG
Penerbit : PT Gramedia
ISBN : 978-979-91-0636-0
Tebal : xii + 178 halaman
Tahun Terbit : 2013
Cetakan : Pertama

Sejenak kita tinggalkan kisah Sherlock Holmes dan mari kita bercerita tentang kisah yang tidak kalah seru dari itu :D

Kali ini kita bercerita tentang Haji Agus Salim. Buku yang berkisah tentang Agus Salim ini adalah salah satu dari tujuh cerita para bapak bangsa : Sukarno, Hatta, Tan Malaka, Sutan Sjahrir, Tjokroaminoto, dan Douwes Dekker yang diangkat dari edisi khusus Majalah Berita Mingguan Tempo. Sejak pertama kali saya mengenal beliau di pelajaran sejarah, saya sudah penasaran dengan sosok beliau ini. Tapi sayang masih sedikit literatur tentang beliau. Melalui buku ini, setidaknya rasa penasaran saya sedikit terobati

Dia adalah diplomat yang cerdik dan pendebat ulung. Santri yang kritis dan ulama yang moderat. Tapi dia juga pernah kehilangan iman dan susah payah merebutnya kembai hingga menemukan Islam untuk Indonesia. Islam yang tidak terikat adat kebiasaan tapi dapat menggerakkan bangsa untuk menentukan nasib sendiri. Berbagai peristiwa yang dialaminya dari masa penjajahan Belanda hingga Indonesia merdeka itu menempanya menjadi Haji Agus Salim.

Cuplikan kalimat di atas kalimat pembuka di buku ini. Tak hanya membahas dari sisi relijiusitas sang tokoh, tapi juga membahas dari sisi humanis beliau. Membaca buku ini seolah membaca sisi lain dari hidup pria yang dijuluki The Grand Old Man ini. Beliau sudah tua saat Indonesia merdeka, tapi semangat dan perannya tak bisa diremehkan. Pak Tua ini lahir di Koto Gadang, Sumatera Barat pada 8 Oktober 1884. Kopiah dan jenggot putih identik dengan beliau. Kalau soal diplomasi dan debat, beliau ini memang jagonya. Banyak cerita di buku ini yang menggambarkan kecerdasan beliau dalam berkata-kata. Penguasaan bahasanya pun tak kalah hebat. Beliau fasih berbahasa Arab, Inggris dan Belanda, belum lagi bahasa Jepang yang dikuasainya secara pasif. Tak heran kalau beliau sering diutus untuk berdiplomasi ke luar. Tapi tak lengkap rasanya kalau bicara tokoh tanpa bicara kehidupan pribadinya. Ada banyak hal unik dan menarik tentang beliau. Salah satunya digambarkan di foto di bawah ini.
 
Haji Agus Salim di rumahnya

Disebutkan dalam buku ini bahwa tak salah jika foto tersebut menggambarkan gambaran ringkas tentang beliau. Pak Tua dengan jenggot putihnya, mengenakan baju potong cina, berkopiah dan berkacamata, tangannya mengangkat sehelai kartu remi di antara tumpukan kartu lain dalam posisi terbuka. Latar foto tersebut diambil di rumah beliau yang sederhana. Beliau memang terkenal sederhana. Bahkan ketua delegasi Belanda, Profesor Willem Schermerhorn, mengungkapkan tentang Salim; dia "selama hidupnya selalu melarat dan miskin". Namun begitu, tidak ada yang menyangsikan karisma dan perjuangan beliau untuk Indonesia.

Haji Agus Salim semasa muda

Banyak kisah-kisah Haji Agus Salim yang tersusun apik dalam buku ini. Sebagian saya bahkan belum pernah tahu. Menarik memang kalau membahas tokoh-tokoh sejarah tempo dulu. Ada saja hal yang bikin kita takjub dan kadang menggelitik. Salah satunya tentang kisah Salim yang tiba-tiba berbahasa Melau di sidang Volksraad, Dewan Rakyat Hindia Belanda, pada tahun 1922. Tingkahnya ini bikin geger peserta sidang, pasalnya sudah jadi aturan tidak tertulis bahwa semua anggota wajib berbahasa Belanda. Salah satu anggota bernama Bergmeyer meminta Salim menerjemahkan kata "ekonomi" ke bahasa Melayu. Anggapannya Salim akan berhenti pidato karena tak bisa menjawab. Tapi beliau tak hilang akal. Beliau berujar akan menjawab tantangan itu, asalkan si Bergmeyer bisa menyebutkan apa kata "ekonomi" dalam bahasa Belanda. Bergmeyer terdiam, sebab saat itu memang belum ada padanan kata ekonomi dalam bahasa Belanda. Ah Pak Tua..

Haji Agus Salim saat menyampaikan ceramah

Overall, buku ini sangat menarik bagi saya. Gaya penulisan jurnalis Tempo yang apik membuat kita tidak bosan untuk membaca sejarah beliau ini. Terlebih dengan selipan dialog-dialog cerdas yang dilantunkan Haji Agus Salim, terkadang bikin kita tergelitik dan bertanya-tanya, apa ada politisi dan ulama seperti beliau ini pada masa sekarang. 

Penasaaran dengan kisah-kisah unik Haji Agus Salim lainnya? Silakan baca bukunya langsung ya. Selamat membaca :) 

No comments:

Post a Comment